-->

Satu Berita Untuk Bersama => |[http://sauki14.blogspot.com]| <=

Mau Tahu Kecepatan Internet Anda..?? Klick "BEGIN TEST"

Hidup Hanya Sekali Jangan Salah Jalan

Share on :

Kebenaran itu mutlak adanya, dan kebenaran itu datangnya dari Allah dan kebenarat itu pasti bisa difahami dengan akal manusia kalo misalnya kebenaran itu tidak bisa difahami maka percuma saja Allah menurunkan Al-Quran karena ga bisa difahami, namun mungkin ada diantara otak manusia yang tidak bisa memahaminya atau salah ketika memahami ayat Quran, dan kebenaran itu bisa difahami dengan baik dengan cara baik pula Allah sendiri yang menyatakan dalam Al-Quran mengenai hal ini:
1.      Kebenaran berasal dari Allah
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Kebenaran itu berasal dari Rabmu maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyobongkan diri (QS Al-Baqarah: 147)
2.      Kebenaran itu bisa difami
Jika kebenaran itu tidak bisa di fahami maka bukan Al-Furqan namanya yang bisa membingbing manusia kejalan yang benar
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia) (QS Al-Furqan: 1)
3.      Tidak ada kesalahan didalam Al-Quran
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS Al-Fushilat: 42)
4.      Ada beberapahal yang manusia tidak bisa memahami makna yang terkandung didalam Al-Quran
Hal ini sebagaimana yang terajadi pada Adi bin Hatim ketika memahami ayat
Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar (Al-Baqarah: 187)
Maka dalamhal ini Adi bin Hatim berkata: “aku mengambil seutas tali berwarna putih dan hitam lalu aku meletakkannya dibawah selimutku aku terus memandanginya tapi masih saja tidak terlihat jelas padaku. Maka aku adukan hal tersebut kepada Rasulallah maka ia pun tertawa sungguh selimutmu itu sangat lebar dan panjang karna ia adalah malam dang siang[1]

5.      Memahami Al-Quran harus menggunakan ilmu yang benar
Al-Quran yang mutlak kebenarannya harus difahami dengan ilmu yang benar pula, maka ilmu ini harus diperoleh paling tidak melalui dari 3 sumber
1.      Persepsi indra
2.      Proses kognitif akal yang sehat
3.      Informasi yang benar

Sebuah hadits dari Amir Asy-Syabi dari jabir ia berkata:
كنا جلوسا عند النبي صلى الله عليه وسلم ، فخط خطا هكذا أمامه ، فقال : هذا سبيل الله ، عز وجل ، وخطين عن يمينه ، وخطين عن شماله ، قال : هذه سبيل الشيطان ، ثم وضع يده في الخط الأوسط ، ثم تلا هذه الآية : (وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلكم وصاكم به لعلكم تتقون
Kami duduk-duduk di sisi Nabi SAW kemudian beliau membuat sebuah garis lurus di hadapannya  kemudian berkata: “ini adalah jalan Allah aza wajalla” kemudian membuat dua garis cabang di sisi kanan dan sisi kiri gar yang lurus tadi seraya mengatakan: “ini adalah jalan-jalan setan” kemudian Rasul meletakan tangannya di garis yang tengah kemudian membaca ayat : “sesungguhnya ini adalah jalan Allah yang lurus ikutilah ia dan jangan mengikuti jalan-jalan yang lain yang bias menyebabkan kalian bercerai-berai itlah yang di wasiatkan kepada kalian agar kalin menjadi orang yang ber takwa” (HR Ahmad III / 397 No: 15351)
Maka yang perlu ditegaskan dalam hadits ini ada berapa hal dinataranya adalah:
Pertama: kebenaran hanya ada satu
فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka Bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran) (QS Yunus: 32)
Kedua: adanya jalan yang benar dan ini adalah sabilul mukminin (jalan ornag-orang yang beriman)
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), Maka Sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia". (QS An-Nisa: 115)

Ketiga: adanya jalan yang menyimpang ini adalah sabilil mujrimin (jalan ornag-orang yang salah)
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
dan Demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (QS Al-Anam: 55)



Liberalism Sabilul Mujrimin
Liberalisasi islam di Indonesia sudah dijalankan sejak awal tahaun 1970, ada tiga bidang penting di dalam islam yang menjadi sasaran liberalisasi
  1. Liberalisasi bidang akidah dengan penyebaran pluralisme agama
  2. Liberalisasi bidang syari`ah dengan melakukan perubahan metodologi ijtihad
  3. Leberalisasi konsep wayu dengan melakukan dekonstruksi terhadap al-Quran
1.1  liberalisasi aqidah islam
pada dasarnya faham ini menyebarkan pluralisme yang  menyatakan semua agama adalah jalan yang sama menuju tuhan yang sama, semua agama adalah jalan yang berbeda menuju tuhan yang sama, atau mereka menyatakan bahwa agama adalah persepsi relative terhadap tuhan yang mutlak karena kerelativannya maka setiap agama tidak boleh meng klaim kalu hanya agamanya sendirilah yang benar. Bahkan menurut Carles Kimball salah satu ciri agama jahat adalah agama yang memiliki klaim kebenaran mutlak [absolute truth claim] atas agamanya sendiri.
Jadi faham pluralism Agama memang merupakan faham yang disebarkan untuk menghancurkan agama-agama yang ada, salah satu aliran yang ada aliran dalam faham ini yaitu aliran Transendentalisme [Transendental Unity of Relegion] berakar pada faham sinkretisme yang disebarkan oleh freemasonry
Prof. Dr. Nurcholis madjid menyatakan bahwa ada tiga dialog agama yang dapat diambil yaitu pertama,Sikap eksklusif dalam melihat agama lain [agama lain adalah jalan yang salah], kedua, sikap inklusif [agama lain adalah bentuk implisit agama kita], ketiga, sikap pluralis yang mempunyai rumusan: agama lain adalah jalan yang sah menuju jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran. Sebagai contoh filsafat perenial bahwa setiap agama merupakan ekspresi keimanan terhadap tuhan yang sama. Ibarat roda pusat roda itu adalah tuhan dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai agama. Filsafat perennial juga membagi agama pada level esoterik [batin], dan eksoterik [lahir]
Mungkin manusia dalam lingkup eksoterik berbeda cara dalam beribadah kepada tuhannya namun pada level esoterik semua manusia menuju kepada tuhan yang satu

Nur khalis juga mengatakan :
“Bahwa pada mulanya umat manusia adalah tunggal karena berpengangan kepada kebenaran yang tunggal tetapi kemudian berselisih sesama mereka justru setelah penjelasan tentang kebanaran itu datang dan mereka berusaha memahami setaraf dengan kemampuan dan sesuai dengan keterbatasan mereka, maka terjadilah perbedaan panefsiran terhadap kebenaran yang tunggal itu…… kesatuan umat islam itu digambarkan dalam firman ilahi: tiadalah manusia itu melainkan semula adalah umat yang tunggal kamudian mereka berselisih[2]…….  inilah al-islam  yang menjadi inti sari semua agama adalah benar”
1.2  liberalisasi Al-Quran
salah satu wacana  yang berkembang pesat dalam tema liberalisasi islam di Indonesia saat ini adaah tema “dekonstruksi jitab suci”  dengan demikian wahyu sebetulnya ada dua pertama “wahyu verbal” [wahyu eksplisist dalam bentuk redasional bikinan Muhammad] dan “wahyu nonverbal” [wahyu implisit berupa konteks social pada waktu itu.  Dalam studi kritik Qur’an  pertama kali yang perlu dilakukan adalah kritik historis Qur’an. Bahwa Qur’an kini sudah berupa teks yang ketika hadis bukan bebas nilai dan tanpa konteks. Justru konteks arab 14 abad silam telah mengkonstruk Qur’an. Adalah Muhammad SAW seoerang fugur yang saleh dan berhasil mentransformasikan nalar kritisnya dalam berdialektika dengan realitas Arab.
1.3  liberalisasi syari’at islam
seperti yang telah dikatakn oleh Dr.Greg Barton salah satu program liberalisasi di Indonesia adalah “kontekstualisasi ijtihad”. Prof. Musdah Mulia, tokoh feminis, melakukan perombakan hukum perkawinan dengan alas an kontekstualisasi, tapi berbeda dengan buku Fiqih Lintas Agama, yang menekankan factor jumlah umat islam sebagai konteks yang harus dijadikan pertimbangan hukum, Musdah melihat konteks “peperangan” sebgaihal yang harus dijadikan dasar penetapan hukum ia menuis:
jika kita memahami konteks waktu turunnya ayat [QS 60:10] larangan ini sangant wajar mengingat kaum kafir Quraisy sangat memeusuhi Nabi dan mengikutnya, waktu itu konteksnya adalah peperangan antara kaum muslimin dan kaum kafir. Larangan melanggengkan hukuman dimaksud agar dapat diindentifikasi secara jelas mana musuh dan mana kawan. Karena itu ayat ini harus difahami secara kontekstual

sumber :Muhammad Arif


[1] Lihat as-sunan al-kubra al-baihaqî,  IV / 215 (8256) CD Maktabah Syamilah
[2] Nurchalis Madjid, islam doktrin dan peradaban, paramadiana, cet. I th 1992 hal: 179
Artikel Terkait

0 komentar on Hidup Hanya Sekali Jangan Salah Jalan :

 

Total Pengunjung

Negara Pengunjung

Flag Counter

followers

Friend blog

Kerikils